Khamis, 12 Mac 2009

Majlis Ilmu

BIOGRAFI AL-FADHIL SYAIKH AHMAD FAHMI ZAMZAM AN-NADWI AL-MALIKI

Al-Fadhil Syaikh Ahmad Fahmi Zamzam Al-Banjari Al-Nadwi Al-Maliki dilahirkan pada tahun 1959 di Amuntai, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia. Beliau memasuki alam persekolahan di Amuntai sebelum menyambung pengajian di Madrasah Darussalam Martapura, Kalimantan Selatan sehingga Tingkatan 'Aliyah. Seterusnya beliau melanjutkan pendidikan di Yayasan Pesantren Islam Bangil, Jawa Timur. Pada tahun 1980, beliau telah meneruskan pengajiannya di India, bersama dengan ulama' terkenal asy-Syaikh Abul Hassan ‘Ali an-Nadwi di Nadwatul Ulama', Lucknow. Pada tahun 1984, beliau menamatkan pengajiannya di India dan langsung datang ke Malaysia dan berkhidmat di Madrasah Tarbiyyah Islamiyyah Derang di Pokok Sena, Kedah sehinggalah ke hari ini.Pada tahun 1988, beliau berkesempatan berguru dengan asy-Syaikh Muhammad Yasin al-Fadani dan juga as-Sayyid al-Habib Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki al-Hasani, sehingga beliau dianugerahkan dengan gelaran keluarga "al-Maliki" pada tahun 2002.Beliau juga merupakan Mudir, Pasentren Yayasan Islam Nurul Hidayah (Yasin) di Banjar Baru dan Pasentren Yasin di Muarateweh, Kalimantan, Indonesia yang dibuka pada tahun 2001 dan 2003. Disamping itu, beliau adalah Ketua Umum Majelis Ulama' Indonesia Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah untuk sessi 2004 – 2009.Beliau juga aktif didalam penulisan. Antara kitab yang beliau susun adalah '40 Hadis Peristiwa Akhir Zaman', '40 Hadis Penawar Hati' dan '40 Hadis Kelebihan Ilmu dan Ulama', 40 Nasihat Imam Zainuddin Ibnul Wardi al-Kindi. Selain itu beliau juga telah mentahqiq dan menerbitkan semula kitab-kitab karangan ulama' silam Alam Melayu Nusantara iaitu kitab karangan asy-Syaikh Abdusshamad al-Falimbani seperti 'Sairus Salikin' (4 jilid) dan 'Hidayatus Salikin'. Al-Fadhil Syaikh juga aktif menterjemahkan kitab seperti, 'Bidayatul Hidayah' dan 'Ayyuhal Walad' karangan Imam Al-Ghazali, 'Bustanul Arifin' karangan Imam An-Nawawi dan Lamiyah Ibnu Wardi karangan Imam Zainuddin Ibnul Wardi al-Kindi.Beliau juga aktif mengajar secara bulanan di Lembah Kelang iaitu Kitab Hikam Ibn ‘Athoillah di Anjung Rahmat ABIM, kuliah Kitab Hidayatus Salikin di Masjid al-Falah USJ 9 dan kuliah Kitab Qul Hadzihi Sabili di Pusat Pengajian Ba'Alawi. Beliau juga mengadakan pengajian kilat untuk mengkhatamkan kitab-kitab seperti kitab Ayyuhal Walad, Bidayatul Hidayah, Bustanul ‘Ariffin dan-lain-lain.


Majlis Pengajian Kilat Kitab Bidayatul Hidayah Bersama Shaikh Ahmad Fahmi Zamzam al-Maliki an-Nadwi [Insyaallah setelah tamat pengajian Tuan Syaikh akan mengijazahkan sanad kitab tersebut]


عليكم بمجالسة العلماء واستماع كلام الحكماء فإن الله تعالى يحيى القلب الميت بنور الحكمة كما يحيى الارض الميتة بماء المط


Isnin, 9 Mac 2009

MENGENAL ILMU TAUHID

Apakah ilmu tauhid itu?

Tauhid adalah ilmu yang membahas pengokohan keyakinan-keyakinan agama Islam dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti kebenarannya sehingga dapat menghilangkan semua keraguan, ilmu yang menyingkap kebatilan orang-orang kafir, kerancuan dan kedustaan mereka. Dengan ilmu tauhid ini, jiwa kita akan kokoh, dan hati pun akan tenang dengan iman. Dinamakan ilmu tauhid karena pembahasan terpenting di dalamnya adalah tentang tauhidullah (mengesakan Allah). Allah swt. berfirman:

أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (Ar-Ra’d: 19)

Bidang Pembahasan Ilmu Tauhid

Apa saja yang dibahas? Ilmu tauhid membahas enam hal, yaitu:

1. Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya, dan ikhlash beribadah hanya untuk-Nya tanpa sekutu apapun bentuknya.

2. Iman kepada rasul-rasul Allah para pembawa petunjuk ilahi, mengetahui sifat-sifat yang wajib dan pasti ada pada mereka seperti jujur dan amanah, mengetahui sifat-sifat yang mustahil ada pada mereka seperti dusta dan khianat, mengetahui mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan mereka, khususnya mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan Nabi Muhammad saw.

3. Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebagai petunjuk bagi hamba-hamba-Nya sepanjang sejarah manusia yang panjang.

4. Iman kepada malaikat, tugas-tugas yang mereka laksanakan, dan hubungan mereka dengan manusia di dunia dan akhirat.

5. Iman kepada hari akhir, apa saja yang dipersiapkan Allah sebagai balasan bagi orang-orang mukmin (surga) maupun orang-orang kafir (neraka).

6. Iman kepada takdir Allah yang Maha Bijaksana yang mengatur dengan takdir-Nya semua yang ada di alam semesta ini.
Allah swt berfirman:

...“آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِه....ِ

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.” (Al-Baqarah: 285)

Rasulullah saw. ditanya tentang iman, beliau menjawab,
تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.

“Iman adalah engkau membenarkan dan meyakini Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan taqdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim).

Kedudukan Ilmu Tauhid di Antara Semua Ilmu

Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada kemulian tema yang dibahasnya. Ilmu kedokteran lebih mulia dari teknik perkayuan karena teknik perkayuan membahas seluk beluk kayu sedangkan kedokteran membahas tubuh manusia. Begitu pula dengan ilmu tauhid, ini ilmu paling mulia karena objek pembahasannya adalah sesuatu yang paling mulia. Adakah yang lebih agung selain Pencipta alam semesta ini? Adakah manusia yang lebih suci daripada para rasul? Adakah yang lebih penting bagi manusia selain mengenal Rabb dan Penciptanya, mengenal tujuan keberadaannya di dunia, untuk apa ia diciptakan, dan bagaimana nasibnya setelah ia mati?
Apalagi ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama.

Karena itu, hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimah sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan kepuasan hati serta akal bahwa ia berada di atas agama yang benar. Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu kifayah, artinya jika telah ada yang mengetahui, yang lain tidak berdosa. Allah swt. berfirman,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah.” (Muhammad: 19)

Al-Quran adalah Kitab Tauhid Terbesar

Sesungguhnya pembahasan utama Al-Quran adalah tauhid. Kita tidak akan menemukan satu halaman pun yang tidak mengandung ajakan untuk beriman kepada Allah, rasul-Nya, atau hari akhir, malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, atau taqdir yang diberlakukan bagi alam semesta ini. Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh ayat Al-Quran yang diturunkan sebelum hijrah (ayat-ayat Makkiyyah) berisi tauhid dan yang terkait dengan tauhid.

Karena itu, tak heran masalah tauhid menjadi perhatian kaum muslimin sejak dulu, sebagaimana masalah ini menjadi perhatian Al-Quran. Bahkan, tema tauhid adalah tema utama dakwah mereka. Umat Islam sejak dahulu berdakwah mengajak orang kepada agama Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Mereka mendakwahkan bukti-bukti kebenaran akidah Islam agar manusia mau beriman kepada akidah yang lurus ini.

seorang muslim, akidah adalah segala-galanya. Tatkala umat Islam mengabaikan akidah mereka yang benar -yang harus mereka pelajari melalui ilmu tauhid yang didasari oleh bukti-bukti dan dalil yang kuat– mulailah kelemahan masuk ke dalam keyakinan sebagian besar kaum muslimin. Kelemahan akidah akan berakibat pada amal dan produktivitas mereka. Dengan semakin luasnya kerusakan itu, maka orang-orang yang memusuhi Islam akan mudah mengalahkan mereka. Menjajah negeri mereka dan menghinakan mereka di negeri mereka sendiri.

Sejarah membuktikan bahwa umat Islam generasi awal sangat memperhatikan tauhid sehingga mereka mulia dan memimpin dunia. Sejarah juga mengajarkan kepada kita, ketika umat Islam mengabaikannnya akidah, mereka menjadi lemah. Kelemahan perilaku dan amal umat Islam telah memberi kesempatan orang-orang kafir untuk menjajah negeri dan tanah air umat Islam.

RISALAH BUAT PENYOKONG IKHWANUL MUSLIMIN & IMAM HASSAN AL-BANNA











AKIDAH IMAM HASAN AL-BANNA

Oleh: Abu Syafiq ( Tel Hp 012-2850578 )

Alhamdulillah, Wassolatu wassalamu ‘ala Rasulillah. Ramai pengaku diri sebagai ‘ustaz’ menyanjung perjuangan Imam Hasam Al-Banna yang mengasaskan Ikhwan Muslimin sebenar. Namun kejahilan ilmu menyebabkan semangat mereka mengatasi hakikat sepatutnya mereka lalui.Sebahagian parti, individu, Wahhabi dan selainnya sering mengunakan nama perjuangan suci Imam Hasan Al-Banna. Lantas menjaja nama Imam Hasan Al-Banna dan Ikhwan Muslimin berdasarkan hawa nafsu masing-masing dan kepentingan yang tersasar dari matlamat sebenar Ikhwan Muslimin. Ditambah pula dengan mereka tidak berakidah sepertimana yang disajikan oleh Al-Quran dan Hadith melalui fahaman yang tepat dan benar sedangkan ianya telah di sebut terang-terangan oleh Imam yang mereka juga sanjung ini iaitu Imam Hasan Al-Banna rahimahullah ta’ala.

IMAM HASAN AL-BANNA TERANGKAN MENGENAI AYAT MUTASYABIHATMari sama-sama kita renung penerangan yang hebat oleh Imam Hasan Al-Banna sekaligus menjadi alternativ menyelesaikan pertelingkahan akidah. Semoga yang murtad memeluk Islam kembali.Berkata Imam Hasan Al-Banna selepas menyatakan ayat 5 surah Toha: “ Menyanggah dan menolak mereka yang mendakwa kononnya berpegang secara zahir ayat Quran dan Hadith mustasyabihat secara zahir merupakan mazhab As-Salaf. Sebenarnya ringkasan daripada dakwaan palsu itu merupakan Tajsim iaitu menjisimkan Allah dan Tasybih iaitu menyamakan Allah dengan makhluk, kerana zahir lafaz tersebut adalah apa yang telah diletakkan makna baginya. Maka tiada makna ‘Tangan’ secara hakikat zahirnya kecuali anggota badan dan begitu juga selainnya. Manakala mazhab As-Salaf tulen tidak berpegang secara zahir pada ayat dan hadith tersebut”.
Rujuk scan kitab di atas, dipetik dari Majmuk Rasail Imam As-Syahid Hasan Al-Banna pada kitab Al-Aqoid m/s 415.

Dinyatakan oleh Imam Hasan AL-Banna lagi: “ Sesungguhnya ulama As-Salaf tulen dan ulama Al-Khalaf bersepakat tidak berpegang secara zahir ”. Rujuk scan kitab di atas, m/s 418.

Saya ( Abu Syafiq ) menyatakan:Demikian jelas Imam Hasan Al-Banna menolak daripada berpegang secara zahir pada ayat Istawa Allah kerana ertinya adalah bersemayam/duduk. Begitu juga Imam Hasan Al-Banna menyanggah dakwaan kononnya ulama As-Salaf berpegang secara zahir pada ayat-ayat dan hadith-hadith mustasyabihat. Ini kerana ulama As-Salaf tulen tidak berpegang secara zahir kerana zahir ayat dan hadith tersebut merupakan sifat makhluk bukan sifat Allah. Bahkan Imam Hasan Al-Banna menyatakan sesiapa yang berpegang secara zahir maka dia adalah Mujassim dan Musyabbih.Nah! Kepada sebahagian parti politik, Wahhabi dan selainnya yang menjaja dan mempergunakan nama Imam Hasan Al-Banna pengasas dan ketua Ikhwan Muslimin soalanku kepada kamu semua… adakah akidah kamu sama dengan Imam yang kamu sanjung atau kamu kafirkan Imam Hasan Al-Banna dalam akidah?! Jahat dan dusta sungguh mereka yang mempergunakan nama Imam Hasan Al-Banna sedangkan Imam Hasan Al-Banna berlepas tangan dari mereka.-Imam Hasan Al-Banna tidak kata Allah Bersemayam/duduk, tetapi mereka kata Allah Duduk.-Imam Hasan Al-Banna, ulama Salaf tulen dan Khalaf tidak berpegan secara zahir pada ayat 5 surah Toha dan ayat-ayat serta hadith-hadith mutasyabihat yang lain, tetapi mereka berpegang secara zahir.-Imam Hasan Al-Banna menghukum Tajsim dan Tasybih terhadap sesiapa yang berpegang secara zahir pada ayat dan hadith mutasyabihat. Tetapi sebahagian parti politik yang bertopengkan nama Ikhwan Muslimin serta sebahagian Wahhabi mereka berpegang secara zahir, maka ini bererti mereka adalah Mujassim dan Musyabbih sepertimana yang telah dinyatakan oleh Imam hasan Al-Banna sendiri.Semoga kebenaran terus berpihak kepada mujahid Islam.Hidup Ikhwan Muslimin Tulen!

Mari Mengenal Ulama'



عليكم بمجالسة العلماء واستماع كلام الحكماء فإن الله تعالى يحيى القلب الميت بنور الحكمة كما يحيى الارض الميتة بماء المطر
Biografi ringkas Beliau ;
Pendakwah berusia 47 tahun in, dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, 30 Februari 1962.) Pendakwah, penulis dan penerbit buku serta pakar motivasi ini lebih dikenal sebagai AA-GYM. Juga pengasas sebuah pesantren yang iaitu PONDOK PESANTREN DARUL TAUHID, di Jalan Gegerkalong Girang, Bandung, Jawa Barat, Indonesia .Menjadi popular kerana mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan diterapkan pada kehidupan seharian . Pesan-pesan dakwahnya berkisar pada pengendalian diri, hati nurani, toleransi dan keteguhan iman . Juga menekankan keutamaan salat, puasa, dan kemegahan surga, Aa Gym memilih untuk bercerita tentang pentingnya hati yang tulus, keluarga yang sakinah dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang ringan dan menyenangkan.Beliau pernah muncul dikaca TV di Malaysia ketika bulan Ramadan dalam slot pengajian Hikam Ibn 'Athoillah.

candid asrama

keadaan bilik mandi dan dapur yang bersambung (bersebelahan)

Asrama Aspuri (pelajar puteri) dari pandangan hadapan


Gelagat segelintir pelajar yang duduk2 di serambi asrama aspura (putera)


Papan tanda yang masih berdiri teguh walau dah menjangkau usia hampir 18 tahun



Kelas pengajian di bahagian atas dan di bawah adalah asrama aspura (pelajar lelaki)




Antara aktiviti2 yang di jalankan

Bacaan Maulud 'Habsyi' yang menjadi amalan rutin setiap malam isnin selepas solat maghrib

Kelas waktu petang


permainan riadhah pada waktu petang selepas solat asar


Bola sepak menjadi sukan pilihan walau terpaksa bermain di kawasan lapang yang bersimen sebab ketiadaan padang khusus


Menerima jemputan daripada masyarakat setempat yang ingin mengadakan bacaan Yaasin, tahlil, selawat, berzanji dan sebagainya.




Ahad, 8 Mac 2009

Sebahagian Pelajar Aspuri (perempuan) semasa program Maulidur Rasul

Pelajar Aspura

Pelajar Aspura (lelaki)



Bergambar di atas jalan menuju ke kelas pengajian



Dari sudut tepi kelas pengajian dan asrama lelaki